HumOr edisi 1-5 |
Para kreator humor (kolomnis, joke writer, political cartoonist, caricaturist, penyeminar humoris, pelawak dan komentator koplak) tak henti-hentinya berkarya; memeras otak, memeras seluruh energi untuk menghasilkan lelucon-lelucon cerdas dan bermutu, sementara masyarakat penikmat menyantap semua produksi itu dengan lahap dan tanpa sisa. Begitu hausnya mereka terhadap humor-humor tersebut, tetapi tentu tak setiap hari, tak setiap saat mereka bisa mendapatkannya. Karena semua tahu, lelucon yang cerdas dan bermutu sungguh tak mudah membuatnya. Kadang ia bagai hujan, deras mengucur, kadang bagai kemarau, yang kering kerontang karena air begitu sulit didapatkan.
Uji coba melempar majalah HumOr online, ternyata mendapat sambutan masyarakat demikian besar, indikator itu dapat dilihat dari "pagesview" yang terus meningkat dari hari ke hari. Itulah bukti dinamika traffic yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Keseimbangan dunia akan terus terjaga bila kreator humor tak berhenti berkarya, penikmat humor tak pernah terpuaskan kehausannya, dan obyek humor, tetap menyikapi bahwa konsekuensi dari kata-kata dan tindakannya tak pernah dapat lepas dari sorotan siapapun. Ketiga sudut itu menjadi pos utama terbentuknya lelucon dan termasuk tentu saja, kelestariannya. Lelucon memang tak akan dapat hidup tanpa memakan "korban". Selamat menikmati lelucon di Majalah HumOr, semoga Anda menderita kebahagiaan!
Kartun M Najib tentang Isyu yang lagi hangat, |